my cerpen


“Ini kah teman?”
Matahari belum terbit dari persembunyiannya, jalan masih sepi dan gelap tetapi aku harus mengayuh sepedaku untuk sampai ke sekolah karena jarak dari rumah ke sekolah sangat jauh. Jadi aku harus berusaha melewati pagi buta ini.
“Ah, akhirnya sampai juga!” Di depan sudah ada plang bertuliskan ‘SD Nusa Bangsa 3’ anak- anak sudah mulai berdatangan. Aku memarkir sepedaku di tempat biasanya. Beberapa anak lalu lalang di halaman sekolah.
“Rere!” sapa Fira teman sekelasku yang ada di antara rombongan itu. Aku tersenyum, tanpa sempat ia lihat, ia sudah berlalu bersama temannya yang lain.
Sekolahku sangat luas dan mewah, kebanyakan murid disini memiliki orang tua yang dapat dikatakan berkecukupan. Bahkan, ada salah seorang temanku yang bapaknya adalah pengusaha kaya dan sukses di daerahku.
“Tet............” Bel masuk berbunyi aku segera bergegas ke kelas 6A. Saat jam pelajaran matematika berlangsung, terdengar suara pintu diketuk. Masuklah seorang wanita tinggi dengan badan yang agak gendut.
“Permisi Bu Diva,” katanya sopan.
“Ya silakan, Bu Lisa.” Bu Diva mempersilakan Bu Lisa memberikan pengumuman.
“Anak-anak, Ibu akan mengumumkan tentang kegiatan persami yang akan dilaksanakan minggu ini. Bagi anak-anak yang sudah mendapat izin dari orang tuanya, mulai besok sudah bisa mengumpulkan surat izin di ruang guru paling lambat besok kamis dengan biaya 25.000 setiap anak. Ada yang ingin bertanya?” jelas Bu Lisa, wali kelas kami. Kami menggeleng, “Terimakasih, Bu Diva.”
Bu Lisa menutup pintu dan berlalu begitu saja kemudian Bu diva melanjutkan pelajarannya sampai jam istirahat berbunyi.
Kami langsung berisik  dan berkeliaran kemana-mana. Aku memilih untuk makan bakso bersama Fira. Disaat asyiknya makan, aku melihat sosok anak perempuan yang seumuran denganku. Kira-kira tingginya sama denganku, hanya saja dia lebih cantik dengan kulit putih bersih dan rambut pirang yang dibiarkan tergerai begitu saja. Dengan angkuhnya dia melewatiku diikuti dua orang di belakangnya dengan muka yang di angkat ke atas
 “Siapa tuh anak, sok banget sih! Udah kayak pemilik sekolah ini aja!” Kataku sambil menatapnya kesal.
“Tau, sombong banget!”Sahut Fira.
“Mau aja lagi yang lain ngintilin tu anak! Udah kayak babu!” Kataku dengan nada kesal.
“Baru jadi anak orang kaya aja, udah sombongnya minta ampun! Apalagi jadi cucu presidan” Komentar Fira tak suka dengan anak itu. Walaupun dia cantik, kecantikannya tidak mencerminkan hatinya
“Eh, nanti ikut persamikan?” Kata Fira mengalihkan pembicaraan.
“Kayaknya sih iya,” Jawabku.
“Besok aja ya bayarnya,”Pinta Fira agar kami barengan.
“Sip deh,” Jawabku.
Bel masuk telah berbunyi, aku dan Fira bergegas masuk. Pelajaran terakhir hari ini adalah PKn, pelajaran yang paling kubenci seumur hidup. Sepertinya teman-temanku yang lain juga sama boringnya denganku. Dan bel kemerdekaanlah yang memisahkan kami. Aku segera merapihkan tas dengan senang.
“Re, pulangnya bareng yuk!” Ajak fani yang rumahnya satu arah denganku.
Aku mengganguk, sebelum pergi aku melambai kepada Fira.
“Dah Fira! Aku duluan ya. Nanti smsan aja!” Diikuti ancungan jempolnya, aku berlalu bersama Fani bersepeda bersama. Di pertigaan kami berpisah, aku menggoes sepedaku dengan cepat. Rasanya ingin segera tidur dan bersantai dirumah. Subhanallah, panasnya matahari membuat keringatku berkucuran dan bajuku mulai basah.
Aku memasuki rumah dan memarkirkan sepedaku di garasi.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam, eh non Rere sudah pulang” Jawab wanita dari dalam rumah sambil membukakan pintu.
“Iya nih, Bi” Jawabku seraya masuk dan menjatuhkan diriku di sofa
“Kak Andre kemana?”
“Baru aja dia berangkat kuliah,” Seru bibi.
“Oh ya Bi, papa sama mama pulang kapan?”
“Kan Non tau sendiri, mereka pulangnya tengah malam” Jawab bibi
“Udah non makan dulu aja, bibi udah buat ayam goreng tuh” Kata bibi yang  mulai melihat mukaku cemberut
 “Bener bi?  makan dulu deh” Respon ku cepat, aku mencuci tangan dan melahap makanan ku sampai habis. Aku memasuki kamar serta merebahkan diriku di atas kasur ku yang empuk. Saat sedang nikmatnya tidur tubuh ku terasa bergoyang-goyang
“Non,non bangun non udah ashar” Bibi membangunkanku. Dengan mata yang berat, aku mencoba memelekan mata
“Sholat dulu”
 “Hmm iya bi” dengan ogah-ogahan dan kantuk yang amat berat aku mengambil air wudhu dan sholat ashar. Biasanya kalau sore seperti ini aku smsan sama Fira atau main internet. Pokoknya suka-suka aku deh mau ngapain aja tapi nanti malam aku harus belajar! makanya aku puas-puasin. Kebetulan hari ini mama pulang cepat jadi kita makan bersama
“Ma, nanti Rere bolehkan ikut persami?”
 “Kapan?”
“Minggu ini dari sabtu sampai minggu” Pinta ku
“Oke, tapi janji jaga kesehatanmu, jangan lupa sholat, disana jangan nyusahin orang lain ” Pesan mama
“Iya mah, aku janji” Jawabku
“Mah, di sekolah, ada temen rere yang sombong banget, jutek, judes abis itu dia cuman mau main sama genknya lagi! Itu kenapa sih mah?” Tanya ku penasaran
“Menurut mama itu ada 2 kemungkinan, kemungkin pertama di rumahnya dia gak dapat perhatian dari orang tuanya jadi dia mencari perhatian dari orang lain melalui teman sekolahnya, kemungkinan kedua dia terlalu dimanja oleh orangtuanya dan dia merasa lebih memiliki segalanya dari pada orang lain” Jelas mama. Aku hanya mengganguk- ngangguk mencoba mengeti perkataan mama
“Oke kapan mau beli peralatannya?” Lanjutnya aku langsung kaget mendengar perkataan mama, jarang banget mama mau meluangkan waktu bersamaku biasanya dia hanya sibuk di depan laptopnya
“Terserah mama deh kapan  mama sempet?” Kataku pasrah
“Ya sudah besok jam 4 sore mama tunggu di rumah” Ucapnya tegas .
‘yes!’ sorak ku dalam hati. Orang tua ku memang sibuk tapi mereka selalu mengajarkan kami hal-hal yang baik supaya tidak menjadi orang yang pamer atau sombong karena kekayaan yang kami miliki. Dan  membiasakan kami agar hidup sederhana. Aku berangkat dengan sepeda dan kakak ku dengan motor semua itu untuk kebaikan kami dan aku tidak keberatan dengan itu semua. Percakapan kami harus terselesaikan karena mata ku tak kuat lagi untuk menatap.
Keesokan harinya, aku sudah siap menggunakan blus dan celana jeans,  serta rambut yang ku kuncir aku juga menyelendangi tas coklat kesayanganku “Tin,tin..” Mobil sedan putih berhenti di hadapan ku. Aku segera masuk ke dalam mobil, di dalam sudah ada mama yang menunggu.  Mobil kami langsung melesat ke ‘botani squre’  . Aku benar-benar senang sekali hari ini walaupun hanya 2-3 jam tapi aku sudah senangnya tak terbayangkan. Pergi bersama mama yang selama ini gak punya waktu buat aku dan kak andre.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, besok sudah hari sabtu hari pertama aku kemah. Semua barang yang harus dibawa sudah aku kemas dan  susun rapih di tas merah kesayanganku. Satu sms aku kirim kepada sahabatku fira 
‘Besok pake baju apa dan ngumpul jam brp? Nanti kalo udah nyampe kabarinnya ’
‘Baju pramuka, jam7 sip deh ^_^’  balas sms tersebut. Itulah sms terakhir sebelum aku tidur. Aku tertidur pulas dan berharap besok adalah hari terbaikku
“KRING....” suara jam beker nyaring membangunkanku membuat ku terloncat kaget. Saat aku lihat ‘Hah?!?! Udah jam 4?’  aku langsung meloncat dari atas kasur ku dengan mata yang sayup-sayup dan setengah sadar aku mengambil air wudhu dan sholat subuh setelah itu aku mandi dan sekarang aku sudah rapih dengan baju pramuka. Saat aku keluar kamar ‘Ah, masih sepi’. Aku masuk lagi ke  kamar. Sambil menunggu kekosongan waktu,  aku membuka laptop dan membalas beberapa email yang masuk. Ayam sudah berkokok berulang kali dan ada yang membuka pintu tak lama kemudian lampu hidup semua. Tapi aku masih asyik di kamar
“Rere!” Suara perempuan memanggilku
“Ya mah!” Teriak ku dari atas. Aku segera turun ke bawah
“Ada apa mah?” Tanya ku sigap
“Ini bantuin mama cuci piring, mama mau masak buat sarapan kamu”. Mama memasak nasi goreng spesial buat ku dan aku melahapnya sampai habis. Kak andre dan papa belum bangun jadi aku melanjutkan pekerjaan yang mengasyikan itu di kamarku. Tak terasa mataku tak kuat lagi menatap layar laptop. Lama kelaman semua yang ada di hadapan ku menjadi gelap
“Rere!” Badan ku di guncang-guncang sangat kencang seperti angin mamiri
 “Apaan sih!” Kataku mengelah
“Eh, bangun katanya mau berangkat kemah”
“Oh iya!” Seru ku seraya rasa kantuk ku menjadi hilang dalam sekejap
“Udah jam brp mah?”
“Jam 6.45” Jawab mama yang sudah siap dengan baju kantornya
“Apa?!?! 6.45” Respon ku sangat kaget dan aku bergegas mengambil barang-barang ku serta menaruhnya di meja tamu
“Kamu udah telat re? udah bareng sama papa aja” Ajak papa
“Iya pah!” Jawabku singkat. Kami berangkat menggunakan mobil ketika di perempatan jalan,
“Pa, udah sampai sini aja” Kataku
“Hati-hatinya”
“Iya, assalamualaikum”
“Waalaikumussalam”. Aku berlari sekuat tenaga ke arah sekolah, anak-anak sudah berkumpul semua. Fira  mengisyaratkan ku untuk segera menuju barisan
“Kok lama banget! Udah di tungguin dari tadi tahu” Katanya dengan nada sedikit kesal
“Hehehe.. tadi ketiduran jadinya telat!” Jawabku cengengesan
“Hampir aja di tinggal” Jawabnya sedikit kesal
“Iya deh, maaf gak akan di ulangin lagi kok, tadi aku udah bangun pagi tapi ketiduran! Beneran deh! Gak bohong” Jawabku dengan muka memelas. Dengan lirikan tajamnya ia menJawab
“Dasar tukang tidur!” Sambil tersenyum diikuti gelak tawa kami berdua
“Sssssttttt...... diem!” Kata temanku yang merasa terganggu karena tawa kami. Pak Danu mengabsen kami. Setelah semua siap kami mulai berjalan di mulai dari putri. Perjalanan sangat jauh melewati petakan sawah, hutan dan rumah penduduk. Perkemahan kita kali ini di lakukan agak terpelosok dari keramaian. Walaupun begitu kami tetap ramai dan semangat. Dari kejahuan sudah kelihatan tiang kemah yang berdiri dan beberapa tenda
Sesampainya, kami sangat riuh melihat keindahan alam yang sangat indah
“Semuanya harap tenang! Baris yang rapih” Tegas kak Gilang seketika keadaan menjadi sunyi
“Sekarang kak gilang, akan membagi kelompok tenda. Tenda 1 kelas 6A & 6B putra, tenda 2 5A dan 5B putra, tenda 3 6A dan 6B putri dan tenda 4 5A dan 5B putri nanti setiap tenda akan dibagi menjadi 2 kelompok. Sekarang silahkan ke tenda masing-masing” Terang kak gilang                     
Aku merapihkan barang-barang ku disebelah fira.
“Permisi, Assalamualaikum” Sapa kak Vanda
“Waalaikumusalam” Jawab kami.
“Disini kakak mau membagi kelompok. Untuk tenda 3 ada kelompok evergreen dengan ketua Shinta anggota wanda, fani, fira, rere dan nanda. Dan untuk kelompok nederland ketua Nadira anggota diva, melinda, dewi, dan nindi ” Kata kak Vanda membaca kertas di tangannya
“Yes, kita sekelompok” responku kepada fira diikuti tos kami
“Kak! Kelompoknya gak bisa diganti apa?!” Bentak seseorang dari belakang kepada kak vanda diikuti tatapan sinisnya kepada kami seketika suasana menjadi sepi dan tegang
“Tidak bisa, kelompoknya sudah fix dan gak bisa diubah lagi” Jawab kak vanda yang mulai terasa panas karena ucapan shinta tadi. Shinta hanya cemberut
“Kak, itu gak adil mereka aja boleh sekelompok sama temennya masa aku enggak?! ” Katanya memelas  
“Jangan ada yang perotes,  ini nama kelompok dan anggotanya sudah dibagi rata oleh panitia kakak hanya menggumumkan saja”  Jawab kak vanda yang mulai reda amarahnya dan diikuti kepergiannya. Shinta yang merasa tidak diperhatikan hanya melirik ku dan fira dengan tatapan tidak suka. Kami tidak memerdulikannya dan asyik sendiri. Sirine berbunyi menandakan waktunya berkumpul. Ternyata di lapangan tidak ada siapa- siapa, sirine berbunyi berulang kali dan semakin keras. Kami bertebaran menuju arah suara
Ternyata di lapangan bawah sudah ada kakak pramuka dan guru-guru yang berkumpul
“Tenang semua! Baris sesuai kelompok” Tegas kak Gilang yang mendengar kebisingan kami. Aku berbaris rapih dengan kelompok evergreen
“Sekarang kita akan game” kami bersorak sorai
 “Kita akan mengadakan lomba tarik tambang. Setiap anggota harus mengikuti perlombaan ini. Karena ini untuk melatih kekompakan kalian. Persyaratannya, jika kaki  kalian melewati garis putih maka kelompok kalian dianggap kalah, mengerti semua” Terang kak gilang
“Mengerti” Jawab kami.
“Oh ya kelompok terkompak dan terbaik, di akhir acara akan di beri hadiah” Tambah kak gilang. Aku dan yang lain berunding di pinggir lapangan. Saat kami berkumpul, aku tidak melihat Shinta. Hanya kami berempat dia seperti kelinci baru sebentar sudah hilang “Shinta kemana?” Tanya Wanda bertanya- tanya. Kami juga celingak- celinguk melihat sekeliling kami. Tak lama kemudian terdengar suara,
 “Nyariin siapa? gua? Gua disini!!” Kata seorang anak perempuan dari belakang dengan nada yang sangat ketus sambil bertolak pinggang
Seketika kami menghadap belakang dengan tatapan yang sangat kaget
“Udah lah, lo aja yang main! Gua gak mau, nanti tangan gua kotor lagi! Abis itu gua jadi item lagi! Iuhh...” tambahnya di dengan nada jijik. Teman belakangnya juga memasang tampang jijik.
“Oh ya satu lagi, jangan harap gua mau jadi ketua kelompok lo lagi!” Tambahnya tetap dengan nada ketus   
“Dah! Gua pergi dulu ya! Selamat berjuang anak- anak manis!” Katanya dengan suara sok lembut diikuti tatapan tidak suka dua orang temanya sambil melambaikan tangan. Seakan – akan kami tak pantas untuknya
 “Ih, ngeselin banget sih tu anak! Kenapa dia harus jadi ketua kelompok kita!” Kata Fani marah- marah. Nanda si cenggeng malah nangis, aku dan fira ngomel- ngomel sendiri. Keadaan makin riuh dan tidak tentram.
“Sudahlah ngapain kita kayak gini! Gak ada gunanya biarlah dia berkata apa, mau pergi kemana juga jangan peduli! Yang penting kita selalu bersama” Kata winda berusaha menenangkan kami.
“Trus, si shinta mau kita apain supaya dia nyadar” Ucapku berapi- api
“Apa kita labrak aja?” Tambah ku
“Jangan dulu, tunggu waktu yang tepat” Ujar wanda
Kita asyik berbincang- bincang sendiri tanpa memerdulikan keriuhan lapangan. Tiba- tiba,
“Selanjutnya kelompok evergreen melawan kelompok fairyfly” Kata pembawa acara. Kami  bergegas menuju lapangan. Saat kami ke tempat perlombaan kami mulai memegang tali, rasanya tegang sekali. Tidak selembut namanya fairyfly, mereka ini berbadan besar dan lebih kuat dari kami. Baru  sekali aku lihat, rasanya sudah ciut duluan temanku yang lain juga merasa begitu. mental kami tiba- tiba menurun drastis
“1,2,3” Kata pembawa acara memberi aba- aba
“fairyfly!” Sorak penonton berulang kali dengan semangat. Aku merasa tidak kuat lagi, tidak ada yang menyemangati kami, lama- kelamaan tangan ku terasa ingin putus
“A...a...a..”Kata nanda berusaha memegang talinya lebih kuat. Tiba- tiba kaki nanda mengenai garis putih, dan
“Ye......” Sorak lawan dengan senang di ikuti tos-an mereka. Tangan kami merah-merah dan sekarang kami merasa lengah. Di pinggir lapangan kami merebahkan kaki
“Jadi, apa rencana kita buat nyadarin si shinta? ” Mulai ku. Wanda mulai berbisik- bisik kepada kami dan kami menyanggupinya
Hari ini benar- benar melelahkan. Membuat mata ku ingin langsung terpejap. Tapi, tidak boleh aku harus sholat dulu, jadi aku mengambil wudhu dan sholat. Setelah itu aku tidak tahu apa-apa lagi semua di hadapan ku menjadi gelap.
Sirine berbunyi berulang kali dengan sangat kencang membuat mata ku terpaksa untuk berbuka. Sambil mengucek mata aku melihat jam ‘Hah?!?baru Jam 2?kenapa udah di bangunin?’ batinku. Suara gebrak- gebruk meriuhkan suasana, aku terbangun dari sejadahku dan membangunkan teman ku yang lain
Sekarang aku sudah benar- benar siap untuk menjalankan tugas berikutnya, setelah sholat dan menyiapkan perbekalan. Rencananya kita akan uji nyali ke kuburan menakutkan bukan? Katanya kalau belum uji nyali, bukan kemah namanya dan belum afdool. Satu kelompok hanya boleh membawa satu senter itu juga di pegangg oleh ketua regu. Saat kami mulai berjalan, harus melewati petakan sawah yang dan masih belun licin dan jalan yang benar-benar gelap, hanya di depan saja yang terang itu juga senter kecil. Membuat kami kesusahan melihat jalan. Akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Di depan kami sudah ada kelompok lain yang berkumpul. Masuk ke dalam  hanya satu- satu dan harus mengucapkan sesuatu. Tubuh ku bergetar sangat kencang dan sangat deng- deng an dari dalam ada suara histeris anak perempuan yang jerit- jeritan.
“Ya allah, semoga tidak terjadi apa- apa dengan ku”
“Tenang aja! Di dalam ada yang jagain kok” Kata winda santai
“Siapa?” Tanyaku takut- takut
“Makhluk gaib!”
“A..a..a..” kata ku mendesah dan tak terasa tangan ku mulai memeluk punggung winda
“Ih, apaan sih? Santai aja” Katanya mengelah
“Ya, ya” Kataku mulai tenang
“Bukannya dalam islam tidak boleh percaya dengan hal yang mistis? Buan1?”
Waktunya kelompok evergreen masuk. Sebelum masuk harus minta izin dulu kepada arwah disana, aku berjalan pelan- pelan dan terus berdo’a, dzikir dan baca ayat kursi. Lama- lama aku tak mendengar lagi suara derap kaki teman ku yang lain. Aku kehilangan jejak! Aku tak tahu mau kemana, tak ada sinar apa- apa yang menerangi. Jadi aku mengikuti jalan setapak ke depan. Dan tiba-tiba badan ku menabrak sesuatu dan,
“Aaaaaa...........” Teriak orang di sebrang
“Aaaaaa...........” Aku membalas teriakannya sekuat mungkin dan berlari sejauh mungkin aku bisa. Aku tak tahu melihat siapa, hanya saja dia berambut panjang dan berbadan tinggi dengan baju putih- putih. Aku berlari terus dan tak tau ke arah mana harus berhenti. Dari kejauhan aku melihat ada sinar, tanpa berpikir panjang aku berlari ke arah sinar itu tanpa peduli apapun di depanku dan aku berhasil sampai dengan selamat.
“Hah.... hah...” Aku ngos- ngosan dan capek sekali. Aku melihat banyak orang disini
“Untunglah, kau sudah ketemu! mana teman- teman mu yang lain?”
Aku menggeleng ‘mereka juga hilang?’ batin ku. Untunglah aku selamat, tapi teman ku yang lain belum ketemu. Aku beristirahat di tenda dengan kakak pramuka
“Kak, memangnya ada apa dengan kelompok kami?”
“Kelompok kamu terpisah dari rombongan, dan kalian hilang entah kemana. Kami mulai mencari kalian dari arah masuk, dan kami juga mendiri kan beberapa  pos di pinggir hutan dengan lampu yang terang kalau kalian mencari bantuan   ” Terangnya
“Ada yang datang lagi!” Teriak bapak- bapak dengan suara yang sangat kencang dari luar tenda
Aku membangunkan badanku dan melihat ke arah luar. Munculah dua orang anak dari kegelapan dengan baju yang sangat lusuh
“Rere........!” Mereka berlari ke arah ku seraya badanku merasakan pelukan hangat mereka
“Aku kangen banget sama kamu!” Katanya dan kami berpelukan lagi meluapkan rasa kesedihan dan keharuan kami karena bisa bertemu kembali
“Aku juga kangen kalian!” Kata ku sambil menangis terharu
Kami melanjutakan keluh kesah kami di tenda dan bercerita tentang pengalaman luar biasa kami  yang baru saja di alami. Saat kami keluar
“Nanda......!” Teriak kami terkejut dan langsung kami beri pelukan terhangat kami. Dia menangis histeris dan ketakutan yang tak henti- henti, dia masih terauma dengan kejadian yang ia alami dan belum mau berbicara dengan siapapun. Jadi kami memutuskan untuk mendiamkannya agar dia bisa mengeluarkan segala amarahnya. Kami sudah berkumpul, tapi masih ada yang kurang dari kami satu personil lagi belum di temukan. Yaitu shinta sang ketua kelompok.
“Gimana kalau kita bantu sukarelawan buat cari Shinta?” Ajak winda
“Oke” Jawabku dan fira setuju
Kami memulai pencarian dengan senter yang sangat besar berserta para sukarelawan lainnya. Melewati semak belukar dan kuburan di samping kanan dan kiri dengan perlahan- lahan tapi pasti kami berjalan
“Shinta” Teriak kami memanggil nama itu berulang kali sambil menyinari sekeliling kami dengan senter. Kami terus bejalan sambil memberi cahaya leser merah yang terang untuk memberi tanda kalau ada orang.
Setelah 1 jam pencarian, dan keliling- liling hutan.
“Eh, lihat disana ada anak perempuan!” Seru Wanda kepada fira yang memeggang senter. Fira langsung menyoroti sosok itu terlihat seorang anak perempuan yang sedang memeluk dengkulnya dan bersandar di pohon besar di samping kuburan. Kita memberi isyarat berulang kali kepada orang itu, tapi dia tak bergerak sama sekali
“Mungkin dia bukan orang! Udah yuk ke arah lain aja” Kata ku yang mulai ketakutan
“Jangan, kita liat dulu siapa tahu bukan, aku masih penasaran” Ujar wanda yang masih berpikiran positif
Aku sudah gemeteran, tapi kami tetap berjalan ke arahnya dengan sangat hati- hati. Saat jarak kami satu meter darinya terdengar suara isak tangis yang sangat jelas di telingaku
“Balik aja yuk!” Pintaku lagi
“Jangan!” Kata winda si pemberani dengan tegas
    Suara itu makin jelas, tapi ketika kami mendekati anak itu seketika suara itu hilang
“Noh kan!” Bisik ku menggoyangkan winda. Dia tetap tidak memedulikan ku. Fira juga memeggang senter dengan sangat gemetar dan menyoroti anak itu terus. Anak itu mulai menggangkat kepala dan,
“Shinta...!” Kami kaget melihatnya. Mukanya sangat pucat dan badannya sangat dingin
“Ayo, bantuin angkat!” Seru winda. Aku membunyikan pluit berulang kali untuk memberi tanda bahwa kami butuh bantuan. Seketika segerombolan orang datang. Kami membawa shinta ke tenda dan mengistirahatkannya
Dia belum sadarkan diri sejak memejamkan matanya. Kami masih menuggu di sampingnya kalau dia terbangun
“Hmmm...” Dia mulai mengeluarkan suara
“Aku di mana?” Lanjutnya dengan nada yang sangat lemas
“Tenang! Kamu ada di tenda” Jawab ku
Dia sangat lemas, jadi ia tertidur lagi. Sampai siang hari barulah ia siuman dan mau makan. Kami mengobrol- ngobrol dengan santai tentang kejadian tadi, bercanda dan tertawa sepuas mungkin seperti tak ada pebedaan di antara kami.
“Teaman- teman maafin aku ya kalau selama ini aku punya salah sama kalian, kesalahan terbesar yang gak akan penah di maafkan aku udah nilai yang nggak- nggak tentang kalian dan selalu menilai kalian dari sisi negatif, sekali lagi tolong maafkan aku karena kebodohan ku ini”
“Dan aku terima kasih banyak, buat kamu yang udah nyelamatin aku dari kegelapan. Aku gak tau mau minta tolong siapa dan tak tahu mau kemana. Tapi Alhamdulillah  allah mempertemukan ku dengan kalian” Kata shinta yang tiba- tiba saja tutur katanya menjadi baik.
“Gak papa kok shin, sebelum kamu minta maaf, kita juga udah maafin kamu kok kita tahu kamu pasti akan berubah” Jawab Winda sambil tersenyum
Seorang shinta yang sangat kasar dan judes menjadi sosok yang sangat baik, ramah serta suka tersenyum. Aku sangat suka dengan keadaan kami yang mulai akrab
“Jadi, Kita bukan musuh kamu lagi dong?” Goda ku
Shinta menggeleng
“Tidak! Kalian adalah teman terbaik yang pernah aku punya, dan aku janji kita akan terus bersama sampai kapan pun” Ucapnya degan nada senag diikuti pelukan kami semua.
Hari terakhir kemah tiba. Ada satu acara yang masih berlanjut, yaitu penggumuman kelompok terbaik dan pe\menang lomba tarik tambang.
“Sekarang, kita lanjut ke kelompok terbaik dan tersolid untuk tahun ini! Kira- kira siapan kira- kira pemenangnya ya??” kata pembawa acara. Anak- anak sangat antusias melihatnya dan berharap mereka menjadi the best of the best grup in this year .
“Pemenangnya adalah...... Evergreen!” kami sangat terkejut mendengar nama itu di panggil,  Shinta yang maju ke depan dan menerima penghargaanya.
Hari terakhir kemah tiba. Ada satu acara yang masih berlanjut, yaitu penggumuman kelompok terbaik dan pe\menang lomba tarik tambang.
“Sekarang, kita lanjut ke kelompok terbaik dan tersolid untuk tahun ini! Kira- kira siapan kira- kira pemenangnya ya??” kata pembawa acara. Anak- anak sangat antusias melihatnya dan berharap mereka menjadi the best of the best grup in this year .
“Pemenangnya adalah...... Evergreen!” kami sangat terkejut mendengar nama itu di panggil,  Shinta yang maju ke depan dan menerima penghargaanya.
Ternyata usaha kita selama ini membuahkan hasil yang manis.
Sekarang, tidak ada lagi kata sombong, judes, kasar atau apapun yang menempel pada diri shinta. Dia dikenal sebagai anak yang baik, cantik, pintar dan ramah serta banyak orang yang menyukainya. Semenjak kejadian itu kita menjadi 5 sahabat yang tak pernah ada rasa dendam satu sama lain dan kita selalu bersama dalam suka dan duka.





Komentar

Popular Post